Ribka Kritik Habis Program MBG: “Tidak Efektif Atasi Stunting, Hanya Pencitraan!”
Jakarta – Ribka Tjiptaning, Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, secara tegas menyatakan bahwa Program Makanan Bergizi (MBG) yang digulirkan pemerintah dinilai tidak efektif dalam menekan angka stunting di Indonesia. Pernyataan ini menimbulkan polemik baru di tengah upaya pemerintah menurunkan prevalensi stunting yang masih mencapai 21,6% (SSGI 2022).
MBG Hanya “Tempelan”, Tidak Sentuh Akar Masalah
Dalam rapat kerja dengan Kementerian Kesehatan, Ribka menyoroti kelemahan fatal program MBG:
✔ Distribusi tidak merata – Banyak daerah tertinggal justru tidak terjangkau.
✔ Kualitas bahan dipertanyakan – Laporan lapangan menunjukkan telur dan susu kadaluarsa.
✔ Tidak ada pendampingan gizi – Ibu hamil dan balita tidak diedukasi pola makan sehat.
“Memberi makan bergizi saja tidak cukup. Harus ada perubahan perilaku dan sistem yang mendukung,” tegasnya.
Data vs Realita: Jutaan Anak Masuk Kriteria Stunting
Fakta memilukan yang diungkap Ribka:
-
3 dari 10 balita Indonesia masih stunting
-
Anggaran Rp60 triliun (2023) tidak terlihat dampaknya
-
Kasus tertinggi di NTT (37,8%), Sulbar (33,8%), dan NTB (31,4%)
5 Solusi Alternatif yang Ditawarkan
-
Revitalisasi Posyandu – Jadikan ujung tombak deteksi dini
-
Pendidikan gizi massal – Lewat sekolah ibu dan kampanye digital
-
Intervensi spesifik – Tablet tambah darah wajib untuk remaja putri
-
Perbaikan sanitasi – Stop buang air sembarangan (masih 16% rumah tangga BABS)
-
Penguatan ekonomi keluarga – Stunting akar masalahnya kemiskinan

Baca juga: Rachmat Hidayat: PDI Perjuangan di Garis Terdepan dalam Membantu Korban Banjir Kota Mataram
Respons Kemenkes: Akan Dievaluasi
Dirjen Kesehatan Masyarakat dr. Maria Endang Sumiwi membantah program gagal:
“MBG baru tahap awal. Kami sedang menyiapkan program holistik berbasis keluarga.”
Reaksi Pakar: Butuh Pendekatan Multisektor
Dr. Damayanti Rusli Sjarif (Ahli Gizi RSCM) mendukung kritik:
*”Stunting butuh penanganan 1000 hari pertama kehidupan, bukan sekadar bagi-bagi makanan.”*
Masyarakat Menuntut Transparansi
Netizen ramai berkomentar:
-
“Daripada bagi-bagi telur, lebih baik perbaiki akses air bersih!”
-
“Programnya bagus, tapi korupsi di tengah jalan yang menghancurkan”
-
“Data stunting di pusat dan daerah beda, mana yang benar?”
Pil Pahit yang Harus Ditelan
Faktanya:
-
Target 14% stunting di 2024 hampir pasti meleset
-
Setiap 1% penurunan stunting butuh 2-3 tahun kerja keras
-
Kerugian ekonomi akibat stunting Rp300 triliun/tahun
Aksi Nyata atau Hanya Retorika?
Ribka menantang pemerintah:
“Stop program seremonial! Waktunya kerja konkret dengan indikator jelas.”
#StopStunting #KritikMBG #RibkaTjiptaning #KemenkesGagal #PDIP
Bagaimana pendapat Anda? Program MBG efektif atau sekadar pemborosan anggaran?